POST DATE | 24 Februari 2018
Wajahnya terlihat senyum sumringah seperti hari-hari biasanya, bahkan terlihat lebih ceria. Mengenakan batik hitam bercorak marun, menggambarkan ciri khas pria yang santun ini. Ditemui di sela-sela kesibukannya, MedanBisnis berkesempatan mengobrol singkat dengan pria yang baru saja dikabarkan lolos sebagai salah satu dari 5 Anggota Komisioner Komisi Yudisial (KY).
Farid Wajdi tidak hanya membawa kabar gembira, ia juga menjadi harapan bagi setiap orang yang optimis terhadap perubahan positif. KY adalah lembaga negara yang bertugas dalam seleksi rekrutmen dan pengusulan hakim agung, juga melakukan pengawasan perilaku, dan meningkatkan kesejahteraan hakim.
Ditemui di kantor Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK), Farid Wajdi menjelaskan apa kesibukannya saat ini. "Sebelum pelantikan pada Desember nanti, saya hanya mempersiapkan diri, sembari harus bolak balik Jakarta-Medan, saya juga sedang bersilaturahim dengan teman dan rekan-rekan," ungkap pria yang dikenal dengan aktifitasnya membela hak konsumen lewat LAPK, lembaga yang ia dirikan pada tahun 1999.
Pria yang dikenal ramah di kalangan siapa saja, baik di lingkungan tempat tinggalnya, lingkungan kampus tempat ia mengabdi, dengan mahasiswa didikannya, organisasi masyarakat dan juga kalangan jurnalis ini biasa memanggilnya dengan sapaan "bang".
Di usia yang menginjak 45 tahun pada 2 Agustus lalu, menjadikannya orang termuda dari keempat anggota KY yang terpilih.
Farid Wajdi mengawali jenjang karirnya sebagai staf/tenaga pengajar (dosen tetap) pada Fakultas Hukum UMSU sejak tahun 1995. Karirnya kian memuncak di bidang akademik hingga tahun 2009-2013 ditugaskan untuk berkontribusi sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Latarbelakangnya sebagai tenaga akademisi ternyata tak menyurutkan langkahnya untuk maju sebagai salah satu calon anggota KY. Meski sempat ada rasa ingin mundur di tengah proses penilaian dan verifikasi berlangsung.
"Perasaan ingin mundur itu karena saya harus 'menganggur' untuk terjun total pada proses seleksi berlangsung. Bayangkan sejak April 2015 hingga sebelum pengumuman dikeluarkan, saya harus bolak-balik Jakarta-Medan, belum lagi dari segi mental dan materil, tapi akhirnya semangat itu kian bertambah karena banyaknya dukungan berdatangan, yang saya sendiri tak menyangka datang dari mana saja," cerita ayah dari 3 putra dan 1 putri ini.
Farid bertekad bersama teman-temannya di KY, berusaha mendekatkan hukum dan lebih membuka ruang bagi akan akses pengadilan dan keadilan. Pengalaman empiriknya selama ini hal yang masih sulit diakses masyarakat.
Pengadilan dan keadilan seakan-akan tidak berpihak kepada masyarakat lemah tetap menjadi tameng kekuasaan bagi para pemegang mandatnya. Untuk mencapai itu perlu komisoner dengan kemampuan konsolidasi, komunikasi dan mobilisasi baik pada level internal kelembagaan KY, hubungan KY dan MA dan pihak-pihak pemangku kepentingan lainnya.
Farid memang tak menyangka, dukungan itu berdatangan dari beragam elemen masyarakat yang bersimpati padanya. Farid memang pertama kali mengikuti seleksi seperti ini, ia bahkan menuturkan proses seleksi cukup berat karena berkaitan dengan kesiapan mental, intelektual, tekanan psikologis dan bangunan jaringan. "Panitia seleksi diisi oleh orang-orang yang memiliki reputasi dan ahli pada bidangnya dalam rangka untuk mencari orang yang selain cerdas juga memiliki kepribadian yang berkarakter, berani dan memiliki sikap jujur. Proses itu sangat menantang sekaligus menegangkan," jelasnya.
Proses seleksi ini pun menurutnya melibatkan banyak pihak, salah satunya yang membuat Farid berbesar hati adalah dengan banyaknya dukungan. Pada situs seleksiKY.com Farid memang menduduki urutan pertama sebagai calon yang mendapat respon komentar dan dukungan terbanyak.
Pria yang aktif di jejaring sosial ini juga tak menyangka ia bahkan mendapat dukungan dari persatuan pedagang tradisional, juga bahkan mendapat tempat didoakan khusus selepas sholat Jumat di mesjid tempat tinggalnya. "Ini yang mengharukan dukungan banyak pihak menjadikan pundak saya penuh oleh harapan orang yang ingin adanya perubahan," ungkapnya.
Banyak pihak yang memberi dukungan juga berdatangan dari kalangan perguruan tinggi, jurnalis, NGO, organisasi kemasrakatan dan orang yang ingin penegakan hukum dijalankan dengan benar.
Ada hal yang menarik dari seorang Farid Wajdi yang bisa menginspirasi banyak orang terutama kaum muda. Bahwa semangat mental juara harus dimiliki seorang anak daerah, "Mau anak daerah, anak kampung kita tetap punya potensi dan peluang untuk maju ke depan dengan misi yang baik tentunya," jelasnya. Farid juga menambahkan bahwa investasi berharga yang ia bangun adalah investasi sosial.
Berbuat baik dengan banyak orang, bukan berharap kebaikannya akan segera terbalas, tetapi agar perbuatan baik itu tersebar juga ke orang lain. Pengalaman menarik, saat Farid menjalani proses seleksi kemampuannya diuji saat dicontohkan harus berhadapan dengan kasus penanganan hakim, melihat selama ini Farid yang fokus pada pembelaan hak konsumen. "Saya menjawab, tentu ada satu korelasi disitu, jika saat saya aktif di LAPK, tugas saya adalah membela konsumen PLN, konsumen PDAM yang merasa tdak puas terhadap produk layanan perusahaan itu.
Ketika menjadi pengawas hakim nantinya, tentu saja aplikatifnya sama, yaitu membela ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan, misalnya tentang keputusan hakim, atau sebagainya," jelas Farid lagi.
Saat ditanya apakah ini menjadi puncak karir seorang Farid Wajdi, dengan rendah hati anak seorang mubaligh ini menyebutnya sebagai perluasan untuk menyebarkan kebaikan. Farid memang termotivasi dari sang ayah, yang memiliki prinsip memberi manfaat pada lingkungan. "Jika sebelumnya profesi saya dosen, artinya saya punya amanah untuk mengajarkan pengetahuan pada mahasiswa, memberi manfaat untuk mereka.
Dan sekarang pun seperti itu, hanya lingkup kerjanya saja bertambah luas, orangnya masih tetap sama masih Farid Wajdi," tuturnya. Farid memegang prinsip bahwa jabatan hanya sebatas amanah, bahwa dirinya harus berbuat lebih besar.
Selain dukungan yang banyak tak sedikit Farid pun disinggung agar tak berubah menjadi pribadi yang sombong, "Saya sedih jika ada orang berkata nanti saya sombong, budaya itu harusnya diubah, sebaiknya doakan saya agar tidak berubah, tetap amanah, dan bisa mengobrol dengan siapa saja," jelasnya. (wina vahluvi)
==============
Sumber: http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/11/01/195816/dulu-bela-konsumen-kini-awasi-hakim/