post.png
IMG_3816.JPG

Medan, Kota Seribu Galian

POST DATE | 04 Juli 2017

Pulau Lombok dikenal dengan julukan negeri seribu masjid. Kota yang memiliki banyak masjid ini mengundang keunikan tersendiri bagi wisatawan domestik maupun asing. Julukan itu tentu memberikan seribu makna pula bagi masyarakat di daerah-daerah lain yang belum pernah datang ke Pulau Lombok khususnya ke Kota Mataram.
Banjarmasin, dijuluki Kota Seribu Sungai karena hampir di setiap sudut Kota di Banjarmasin selalu ada sungai, tapi sebenarnya jumlah sungai di Banjarmasin tidak sampai 1000. Dulu jumlah sungai di Banjarmasin masih 400, tapi sekarang tinggal 108 dan kemungkinan masih bisa berkurang jika pemerintah tidak serius menyelamatkan sungai itu.
Bali terkenal dengan keindahan alam. Objek wisata di Bali juga memiliki budaya yang religius, sehingga Bali yang dengan mayoritas penduduknya beragama Hindu, dikenal juga dengan Pulau Seribu Pura.
Setiap penduduk di Bali, yang beragama Hindu, rumahnya sudah bisa dipastikan ada satu pura keluarga. Pura yang dikategorikan memiliki ruang lingkup paling kecil dalam sebuah keluarga. Pura ini di sebut Pura/sanggah merajan.
Singkawang, satu kota di penghujung barat di Pulau Borneo (Kalimantan) dijuluki Kota Seribu Kelenteng. Semula kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Sambas pada 1981. Tapi kota ini terus berkembang menjadi salah satu pusat perdagangan di Kalimantan Barat. Selain itu, dikenal pula Tasikmalaya sebagai kota seribu bukit dan Pacitan sebagai Kota Seribu Goa.

Paris van Sumatera
Wisatawan Indonesia umumnya mengenal istilah Paris van Java untuk Kota Bandung. Tetapi sebenarnya Sumatera juga memiliki Paris van Sumatera yang tentu saja tidak kalah megah, yaitu Medan. Medan pernah dijuluki sebagai Paris Van Sumatera di zaman penjajahan Belanda. Medan dulu dijuluki sebagai Paris Van Sumatera karena indah, bersih, sejuk, dan nyaman. Pembangunan kota telah banyak mengadopsi gaya Eropa dengan mempergunakan model quarter system beserta aturan-aturannya.
Julukan tersebut sudah tinggal kenangan, karena kondisi Kota Medan saat ini sudah jauh berubah drastis. Banyak bangunan tua peninggalan masa kolonial Belanda tidak terawat, ditelantarkan, dirombak habis, bahkan dihancurkan. Dengan kata lain, julukan tersebut kini tinggal kenangan.


Seribu Galian
Bahkan kini, Kota Medan betul-betul mengalami degradasi lingkungan dan infrastruktur publik sangat parah. Sudah jamak ditemui orang/pekerja menggali tanah di tepi/bahu/badan jalan. Tanah digali, mengulur-ulur kabel, memasang bis beton, lantas setelah itu ditutup lagi. Banyak tutupan baru tak dikembalikan seperti semula, sehingga kalau hujan tanah jadi becek, tergenang atau bahkan amblas.
Paling parah adalah bekas penggalian pipa di badan jalan pada pelbagai ruas di Kota Medan, karena sampai kini masih dibiarkan kupak-kapik. Pemborong dan instansi berwenang dalam proyek pembangunan saluran air limbah belum melakukan perbaikan bekas galian sebagaimana mestinya. Gali lubang tutup lubang bukanlah hal yang dilarang, namun tentu sifatnya kondisional. Seterusnya, bekas galian minimal dikembalikan kepada seperti keadaan semula.
Proyek penggalian jalan yang bertujuan untuk meningkatkan fasilitas kehidupan warganya ternyata justru menimbulkan dampak yang kurang baik. Pembangunan saluran air limbah, saluran air hujan, dan penanaman kabel optik di jalan-jalan yang pelaksanaannya kurang diawasi malah justru mengganggu aktivitas masyarakat. Kondisi jalan setelah diadakannya proyek penggalian pun tidak menjadi lebih baik.
Cukup mengherankan juga, mengapa proyek untuk umum itu sama sekali tidak ada pertanggungjawabannya kepada pemakai jalan, pembayar pajak. Kondisi itu sangat mengganggu dan meresahkan.
Diduga sudah banyak mobil dan sepeda motor terperosok karena bekas galian pipa ditelantarkan, tidak dirapikan seperti semula. Misalnya, diaspal ulang dengan kualitas yang standar. Sisa material proyek yang kadangkala hanya dibiarkan berserakan di pinggir jalan dapat membahayakan pengguna jalan, khususnya pengendara motor, sepeda dan pejalan kaki atau mobil yang terperosok ke dalam lubang bekas galian.
Pengembalian kondisi jalan setelah diselesaikan proyek malah belum disentuh. Jalan menjadi cepat amblas, dan becek di mana-mana khususnya pada musim hujan seperti sekarang. Jika panas, abu menyeruak. Hal ini pasti akan mengganggu perjalanan dari para pengguna jalan
Banyak ruas jalan sudah mengalami kerusakan. Lubang ada di mana-mana. Baik karena bekas galian bahu jalan ataupun kerusakan akibat ketiadan perawatan. Saat ini, sebutan atau julukan yang cocok bagi Medan adalah “Kota Seribu Galian” atau “Kota Seribu Lubang,”. Karena banyak jalan telah berubah menjadi seperti kubangan kerbau, becek, dan berabu.
Sangat disayangkan, pemerintah kota sepertinya menutup mata. Empati pada keluhan masyarakat yang terkena dampak langsung akibat galian itu serasa hilang. Padahal, pemerintah kota dapat berbuat sesuatu, sehingga para pemborong ini dapat memenuhi rambu-rambu yang dapat mengurangi dampak kerusakan infrastruktur seperti kerusakan jalan, dan penyebaran penyakit infeksi akibat penyebaran debu di sekitar penggalian. Terdapatnya lubang-lubang besar yang berisi air. Keadaan itu, selain mengganggu arus lalu lintas, merusak estetika kota juga mempercepat rusaknya kenderaan.
Kota Medan begitu semarak lubang-lubang jalanan. Ikon barunya adalah Kota Seribu Lubang. Susah untuk mencari jalan aman di Medan. Tidak berlebihan, karena pada kenyataannya sepanjang jalan utama khususnya di Kota Medan nyaris tidak ada yang terbebas dari lubang. Perbaikan memang pernah dilakukan. Cuma sekedar tambal sana tambal sini. Ibarat ban motor yang sudah pernah bocor, umurnya tidak lama, belum lagi satu tahun, sudah bolong lagi, makin besar pula!
Entah siapa yang harus dimintai pertanggungjawaban. Semuanya saling melempar tanggung jawab. Kata orang kota, ini punya provinsi, nah kata orang provinsi ini milik kota. Mana yang benar? Yang pasti tidak bisa berjalan nyaman di Medan.
Pokoknya susah mencari jalan yang sehat di Medan. Dulu, Medan memang Paris van Sumatera, tapi kini disulap jadi kota seribu galian! Apakah kota Seribu Lubang akan jadi ikon baru kota Medan? Entahlah…!

 

==========

Sumber: Waspada, 13 Desember 2014



Tag: galian, Medan

Post Terkait

Komentar