post.png
danau_toba.jpg

Wisata Danau Toba, Riwayatmu Kini…

POST DATE | 09 Juli 2017

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera UtaraIndonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara.

Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir. Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara. Selain tentunya masih ada daerah lain seperti Bukit LawangBerastagi dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Khusus di Pulau Sumatera, Danau Toba termasuk salah satu destinasi pariwisata terpopuler. Masalahnya sejak masa kejayaannya di tahun 90-an, destinasi ini terus mengalami  penurunan kunjungan wisatawan. Hal tersebut diperkirakan karena kurangnya sumber daya manusia, lemahnya pelayanan pariwisata, degradasi kualitas lingkungan dan keanekaragaman hayati yang terus menerus, serta minimnya diversifikasi produk wisata dan fasilitas.

Padahal begitu banyak daya tarik wisata Danau Toba mulai dari potensi alam, budaya, kesenian, kultur, kuliner, souvenir dan lainnya. Karena itu Danau Toba sebagai destinasi pariwisata harus mewujudkan fasilitas pariwisata dan daya tarik wisata.

Apalagi selain dinobatkan sebagai danau terluas di Indonesia, di sekitar danau ini juga banyak tempat-tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi, sebut saja seperti Parapat, Tuk-Tuk, Simarjarunjung, dan banyak destinasi lain lagi.

Bahkan bagi masyarakat yang tinggal di daerah Danau Toba sendiri, danau ini juga diberi anugrah berupa lahan tempat mereka memanen uang, karena danau ini juga menjadi sumber pencaharian mereka.

Danau ini banyak menghasilkan ikan air tawar yang menjadi sumber penghasilan masyarakat sekitar Danau Toba. Salah satu jenis ikan yang terkenal banyak dihasilkan saat ini adalah pora-pora. Patut disyukuri, sebab kekayaan dan potensi alam Danau Toba sungguh luar biasa, anugrah besar dari Sang Maha Pencipta.

Kualitas Memburuk

Tata kelola suatu destinasi pariwisata harus berbasis pada masyarakat dan kepuasan wisatawan. Sebab itu, dalam pengelolaan destinasi harus melibatkan pemangku kepentingan mulai dari masyarakat lokal, industri pariwisata, pemerintah daerah setempat, dan pemerintah pusat.

Melihat situasi terkini Danau Toba secara utuh dan objektif, termasuk daerah penyangga, seperti Parapat sebagai pintu masuk kawasan, perlu sikap keprihatinan mendalam. Syarat Danau Toba sebagai kawasan destinasi nyaris terabaikan. Potensi alam luar biasa yang dimiliki Danau Toba, kini terasa biasa-biasa saja, bahkan terkesan mulai hambar. Bukan pada suasana alamnya, tapi lebih pada faktor sumber daya dan fasilitas pendukung yang dimilikinya.

Betapa tidak, karena sumber daya manusia penghuni sekitar Danau Toba begitu lemah dalam pelayanan  pariwisatanya. Ambil saja contoh Kota Prapat. Wajah ramah penduduk sebagai obyek wisata nyaris tiada, pengemudi angkutan kota ugal-ugalan, parkir tak beraturan. Kini keramahtamahan dalam semua hal terlalu sulit ditemukan dan tata kelola lingkungan juga karut marut.

Penduduk mestinya mengandalkan senjata senyuman, lalu dengan ramah menyambut para wisatawan yang datang. Hormat penuh ramah itulah yang menjadikan wisatawan nyaman sekaligus merasa tersanjung?

Jalanan kupak-kapik dan lingkungan terkesan kumuh. Nuansa Prapat sebagai pintu gerbang destinasi Danau Toba tidak mencerminkan kota ini bakal membuat pengunjung betah (at home) untuk berlama-lama berada di kota ini. Ambil pulpen tau pensil, lalu tulis atraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah memenuhi tiga syarat seperti: apa yang dapat dilihat (something to see), apa yang dapat dilakukan (something to do), dan apa yang dapat dibeli (something to buy).

Fasilitas Danau Toba dari masa ke masa sebagai destinasi pariwisata tak ada yang berubah. Daya tarik wisata terus mengalami degradasi. Memang di musim-musim tertentu, liburan hari besar keagamaan misalnya, wisatawan lokal  masih menjadikan Danau Toba sebagai alternatif kunjungan.

Cuma harus dipahami mereka adalah orang yang terpaksa berkunjung. Boleh jadi karena keterbatasan anggaran mereka tetap mendatangi Danau Toba dan sekitarnya. Atau, sekadar persinggahan perjalanan belaka.

Sebab bagi mereka yang punya uang segepok uang, Danau Toba bukan lagi pilihan, karena kunjungan luar negeri atau Pulau Bali atau destinasi lain jauh lebih memuaskan.

Ketiadaan diversifikasi produk wisata dan fasilitas pada saatnya mencapai puncak momentum, Danau Toba semakin ditinggalkan pengunjung.

Jangan tanya fasilitas hotel. Karena fasilitas hotel harusnya cocok dengan kualitas dan harga penginapan. Lihat saja bagaimana prihatinnya akomodasi perhotelan yang ada dan begitu pula dengan restaurant? Kemudian makanan, dan minuman yang juga harusnya cocok dengan kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut.

Memang harus diakui pola manajemen destinasi pariwisata di Indonesia masih rendah. Kondisi faktual menunjukkan obyek wisata Danau Toba seperti mati suri alias mengalami stagnasi, malah terasa makin redup.

Menurut James J. Spillane (1994: 63-72) suatu obyek wisata atau destination, harus meliputi 5 (lima) unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati perjalanannya. Setidaknya obyek wisata harus mememenuhi:

1. Attractions, motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan wisata adalah untuk memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri-ciri khas tertentu. Misalnya: keindahan alam, Iklim dan cuaca, kebudayaan, sejarah, ethnicity-sifat kesukuan dan accessibility-kemampuan atau kemudahan berjalan atau ke tempat tertentu.

2. Facility, fasilitas cenderung berorientasi pada attractions disuatu lokasi karena fasilitas harus dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah attractions berkembang. Suatu attractions juga dapat merupakan fasilitas. Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan.

3. Infrastructur, attractions dan fasilitas tidak dapat tercapai dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas tanah dan suatu wilayah atau daerah. Yang termasuk infrastruktur penting dalam pariwisata adalah: sistem pengairan/air. Kualitas air yang cukup sangat esensial atau sangat diperlukan. Seperti penginapan membutuhkan 350 sampai 400 galon air per kamar per hari.

Sumber listrik dan energi, jaringan komunikasi, sistem pembuangan kotoran/pembuangan air, jasa-jasa kesehatan dan jalan/jalan raya

4. Transportation

Ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan fasilitas yang dapat menjadi semacam pedoman termasuk: Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan pengangkutan lokal ditempat tujuan harus tersedia untuk semua penumpang sebelum berangkat dari daerah asal. Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah kriminalitas.

5. Hospitality (keramahtamahan), semua pemangku kepentingan obyek wisata senantiasa harus berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung ke daerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya. Perlu disiapkan beberapa hal, seperti sumber daya yang ada, mempersiapkan masyarakatnya serta kesiapan sarana penunjang lainnya, karena bagaimanapun juga wisatawan menghendaki pelayanan yang memuaskan.

Tata kelola destinasi pariwisata pun harus melalui beberapa tahap, dengan tahap pertama berupa penguatan gerakan kesadaran kolektif pemangku kepentingan. Perlu ada strategi pengembangan daya tarik wisata yakni usaha-usaha terencana yang disusun secara sistematis yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam usaha meningkatkan dan memperbaiki daya tarik wisata sehingga keberadaan daya tarik wisata itu lebih diminati oleh wisatawan.

 

========

Sumber: Waspada, 1 September 2012



Tag: , , Farid wajdi,

Post Terkait

Komentar