POST DATE | 31 Januari 2024
Agenda kampanye Pemilu Tahun 2024 sudah dimulai sejak 28 November 2023 yang lalu dan bakal berakhir pada tanggal 10 Februari 2024. Mengapa perlu kampanye? Karena kampanye menjadi ruang terbuka dan legal bagi kontestan Pemilu untuk melakukan politics marketing yakni menyampaikan visi dan misi agar menyentuh sampai ke akar rumput dan menguraikan program prioritas guna memberi solusi atas persoalan yang ada.
Sebab melalui kampanye terjadi proses bargaining politics (posisi tawar politik) antara power seeker (pencari kekuasaan) dan voters (pemilih) yang ditujukan untuk meraih kekuasaan (power). Para kontestan politik harus bersaing untuk merebut hati pemilih dan memengaruhi pilihan pemilih agar kekuasaan dekat dapat diraih.
Untuk itu, para pihak yang berkompetisi perlu memanfaatkan masa kampanye secara maksimal dengan merencanakan langkah kerja kampanye yang efektif, efisien, dan terukur dengan metode yang sudah diatur penyelenggara Pemilu (Nasuhaidi, 2023).
Kampanye penting sebagai upaya menyampaikan pesan kepada khalayak, karena kampanye sebagian bersifat sebagai ajakan seperti menebar janji janji untuk merebut hati publik. Pesan yang disampaikan pada saat kampanye merupakan ajang penonjolan ide, atau gagasan dari bakal calon kepada para pemilih (Fatimah, 2018).
Menyangkut efek kampanye, ada perdebatan secara akademis, apakah benar pandangan politis seseorang dapat dipengaruhi melalui pidato? Namun, hingga kini retorika capres tetap menjadi wilayah kajian karena masih diharapkan bahwa melalui retorika kampanye kepresidenan seorang capres memusatkan perhatian calon pemilih pada persoalan yang dapat menjadi perhatian/isu bersama, meningkatkan minat, dan dapat lebih meyakinkan pemilih (Siusana Kweldju, 2010).
Model kampanye unik pernah dilakukan mantan Presiden Amerika Serikat sekaligus petinggi Partai Demokrat, Barack Obama. Obama melakukan phone banking terhadap warga AS. Gaya unik Obama ini sontak membuat orang yang diteleponnya kaget. "Hai Alyssa, ini Barack Obama. Saya mantan Presiden AS, apakah Anda ingat? Saya sedang melakukan phone banking untuk Joe Biden,” tutur Obama dalam sebuah video kampanye.
Penerima telepon yang merupakan seorang ibu rumah tangga itu pun langsung kaget. Dia tidak menyangka yang meneleponnya adalah mantan orang nomor satu di Negeri Paman Sam. "Saya merasa seperti diserang kepanikan," respons Alyssa. Secara singkatnya, metode percakapan pendek Obama itu menunjukkan gaya kampanye baru yang menarik (https://mediaindonesia.com/internasional/357644/ajak-warga-as-pilih-biden-obama-lakukan-kampanye-unik).
Lalu, bagaimana warna kampanye Pemilu 2024? Ada tiga model kampanye para pasangan calon, yaitu "Desak Anies", "Prabowo Gemoy", dan "Ganjar Nginap di Rumah Warga". Politik "gemoy" jargon Capres Prabowo sebagai ajakan kepada anak muda untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2024. Program kampanye "Ganjar Nginap di Rumah Warga". Tidur di rumah warga ala Capres Ganjar adalah bagian dari blusukan, mendengarkan suara dan kebutuhan warga dari dekat (https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/01/22/desak-anies-prabowo-gemoy-ganjar-menginap-mana-yang-paling-populer).
Kampanye Dialogis
Kalau kegiatan kampanye dimaknai sebagai upaya memberikan sarana menonjolkan ide-ide kepada masyarakat, Capres Anies R. Baswedan membuat sebuah acara Kampanye Dialogis: Desak Anies. Desak Anies seperti ruang “belajar untuk mendengar dan mendengar untuk belajar’, jeput bola dari Capres.
Kampanye dialogis adalah bentuk kampanye yang dilakukan dengan berinteraksi secara langsung dalam sebuah dialog dengan calon pemilih. Dialog yang terbangun bermaksud dapat memperkenalkan visi, misi, dan program dari seorang kandidat.
Desak Anies menjadi sebuah komitmen Anies menyediakan wadah bagi generasi muda untuk menanyakan apapun kepada Anies. Desak Anies dilakukan dari kota ke kota dengan harapan dapat menggaet suara dari Swing Voter. Dilansir dari website Kominfo, Swing Voter adalah sebuah istilah dari pemilih rasional yang dapat berubah-ubah sesuai dengan gagasan atau ide yang dipaparkan oleh calon kandidat.
Swing voter dapat berperan penting karena memiliki jumlah yang cukup banyak, seperti riset yang dijalankan oleh PSV (Perkumpulan Swing Voter) pada tahun 2014 swing voter menduduki 29,1% pemilih dari seluruh pemilih di Indonesia.
Memang berbeda dengan calon lain, Anies tidak mengandalkan baliho, jasa buzzer, ataupun influencer dalam kampanyenya. Namun, ia memilih hadir di tengah-tengah publik untuk berdiskusi terkait tagline 'perubahan' yang diusung Anies R. Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Tagline “perubahan” adalah ruh “Yes, We Can”-nya slogan kampanye Barack Obawa versi Anies. Apalagi, dalam Desak Anies semua masyarakat dari berbagai kalangan bisa bertanya apapun terkait ide dan gagasan perubahan pasangan Anies-Cak Imin (AMIN).
Bahkan tak jarang pula, mahasiswa yang melontarkan pertanyaan pedas dan tajam perihal isu-isu yang sedang ramai dibahas. Tak hanya itu, di beberapa kesempatan, ada juga pendukung paslon lain yang tersadarkan karena selama ini mereka memiliki informasi yang salah tentang gagasan dan rekam jejak Anies R. Baswedan karena termakan hoax di sosial media (https://www.medcom.id/pemilu/news-pemilu/GKdPJDWK-keistimewaan-desak-anies-sebagai-fenomena-baru-gaya-kampanye-pilpreskeistimewaan-desak-anies-sebagai-fenomena-baru-gaya-kampanye-pilpres#google_vignette).
Agenda Desak Anies menghadirkan politik gagasan, bahkan berani mengambil risiko di-roasting langsung oleh publik. Tanpa jarak dan tanpa sekat. Secara politis, sebenarnya program Desak Anies sangat berisiko, sebab kalau capres salah merespons itu justru jadi tergolong sebagai gol bunuh diri (bundir) (https://www.jpnn.com/news/kampanye-desak-anies-mengalahkan-gemoy-prabowo-ini-buktinya).
Ada banyak isu berseliweran yang dibahas dalam Desak Anies, meliputi ragam masalah yang terjadi di Indonesia. Mulai dari persoalan harga pangan, biaya pendidikan, penguatan ekonomi, transportasi, perumahan, pembangunan infrastruktur, KKN, pemerintahan, hak asasi manusia, hingga penegakan hukum.
Para audiens dalam Desak Anies yang mayoritas anak muda biasanya meminta tanggapan tentang berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini yang dianggap meresahkan. Di antara yang hangat adalah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Seperti soal korupsi, secara blak-blakan disampaikan para anak muda yang merasa kecewa terhadap KPK yang ketuanya bahkan tersangkut kasus suap (https://www.republika.id/posts/48917/ragam-cara-kontestan-gaet-pemilih-muda).
Selain program 'Desak Anies' gaya kampanye yang menghadirkan fenomena baru terkait gaya kampanye ‘Tabrak Prof’ dari Moh. Mahfud MD. Desak Anies dan Tabrak Prof secara umum berkonsep diskusi-dialog. Keduanya dianggap sebagai sesuatu yang baru, orisinil sebab belum pernah dipraktikkan sebagai model kampanye di belahan bumi lain.
Ruli melalui thread@ruliagstn berpendapat Anies-Mahfud adalah Duo Anomali dikontestasi Pilpres 2024. Sebab lewat Acara Desak dan Tabrak, keduanya menghadirkan jenis metode kampanye yang gak pernah ada dikontestasi sebelumnya, kontestasi pilpres sebelum-belumnya cuma menghadirkan orasi satu arah, dan rakyat dihadirkan hanya untuk menyimak, tanpa bisa menanggapi. Pendidikan Demokrasi ini baik saya pikir, karena Duo Anomali ini lahir dari akademisi kampus yang tentunya paham tentang Demokrasi Subtansial.
Kajian Sindi Perasintya (2024) menyatakan ciri khas Desak Anies adalah dengan pendekatan santai dan keterbukaan, berhasil menciptakan dialog langsung dengan publik, khususnya Swing Voter. Model pendekatan keterlibatan dan interaktivitas, kampanye ini berhasil meningkatkan kepercayaan pemilih, terutama Swing Voter, yang sering kali dipengaruhi ide dan gagasan calon kandidat.
Model kampanye dialogis Desak Anies dapat dianggap berhasil dalam membangun koneksi langsung dengan publik, membuka ruang diskusi, dan meningkatkan kepercayaan, khususnya dari pemilih muda.
Kholid Harras (2023) menilai Pemilu 2024 di Indonesia telah menjadi panggung bagi inovasi dalam strategi kampanye politik. Salah satu terobosan yang mencuri perhatian publik antara lain program Desak Anies. Bagaimanapun program Desak Anies telah menciptakan model kampanye yang edukatif dengan sentuhan "politik gagasan."
Program kampanye Desak Anies ini juga dapat dianggap sebagai antitesa terhadap kejumudan model kampanye formal capres-cawapres yang diselenggarakan KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang penuh dengan aturan seremonial, kaku, dan rigid. Selain juga, topik masalah yang menjadi bahan perdebatan dianggap kerap mengawang-awang atau sangat teoretis, karena memang merupakan hasil pemikiran para akademisi hebat namun kurang membumi.
Banyak pihak mengatakan dalam perspektif komunikasi politik kampanye model Desak Anies telah membuka pintu bagi sebuah model yang disebut sebagai "politik gagasan." Meskipun istilah ini belum umum, oleh sejumlah pakar menyebut "politik gagasan" mengacu pada fokus perdebatan, penyusunan, dan pertukaran ide atau konsep dalam konteks politik.
Program ini menciptakan atmosfer ideologi dan gagasan menjadi pusat perhatian, bukan sekadar retorika atau citra personal belaka. Tak salah jika Desak Anies dianggap sebagai kampanye gaya baru, sajiannya segar dan menyegarkan.
=============
Sumber: Waspada, Rabu, 7 Februari 2024, hlm. B3