POST DATE | 05 April 2024
Sebuah perubahan adalah bersifat niscaya, sunnatullah dan abadi. Seperti kereta api, yang terus berubah dari waktu ke waktu menjadi moda transportasi nyaman, modern, dan senantiasa dapat diandalkan.
Perubahan diri menuju arah yang lebih baik harus dilakukan secara aktif. Tidak mungkin terjadi perubahan apabila bersikap pasif tidak berbuat apa pun. “... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...” (QS. Ar-Ra’d, 13: 11).
Kata Agung Sasongko (2024) bulan Ramadhan menjadi sebuah peristiwa yang langsung dikondisikan Allah Swt agar umat Islam mengalami perubahan yang positif dalam kehidupannya.
Ramadhan menjadi titik kesadaran sebuah kehidupan bagi manusia tentang hakekat ketaatan, apalagi takwa menjadi tujuan akhir dari ibadah shaum/puasa di bulan Ramadhan. “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah, 2: 183). Ramadhan membuat setiap orang selalu menunggu-nunggu dan menanti-nanti kedatangannya.
Hadis keutamaan Ramadhan, Dari Abu Hurairah RA: “Rasulullah Saw bersabda: Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan karena mengharap pahala di sisi Allah SWT, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni” (Muttafaqun 'alaih). Secara normatif disebutkan Ramadhan dapat mengantarkan seorang hamba menjadi bertakwa.
Ramadhan dapat berdampak positif membentuk kepribadian seseorang, dan bahkan dapat mengubah seorang insan menjadi baik. Sebut saja misalnya, ketaatan untuk tidak makan di siang hari padahal makanan itu halal, bahkan rela menahan lapar karena satu alasan yaitu taat atas perintah Allah Swt.
Puasa yang secara harfiah bermakna "menahan", tentu harus dimaknai secara kontekstual tanpa menanggalkan-meninggalkan makna syariatnya. Puasa bukan berarti harus statis karena dalam rekam sejarah peradaban manusia, justru puasa Ramadhan mampu menjadi mesin-katalisator gerakan perubahan sosial.
Puasa Ramadhan melatih diri untuk mampu mengendalikan diri dari segala bentuk hawa nafsu dan degradasi perilaku yang meruntuhkan derajat kemanusiaan, sekaligus mengasah-mengasuh kepekaan sosial terhadap sesama. Sebab itu, anjuran dan larangan-larangan selama menjalani puasa memiliki dimensi sosial dibaliknya, selalu terkait dengan interaksi antar-sesama (hablum minannas).
Ibadah tarawih (qiyamullail), misalnya, mendorong agar ada interaksi kembali dengan tetangga. Berjumpa dan berkumpul di masjid. Jika selama ini kesibukan pekerjaan menghambat pertemuan itu, Ramadhan menyatukan kembali. Perubahan harus dilakukan secara aktif agar segala yang diinginkan dapat terwujud, Allah Swt tidak akan mengubah kondisi manusia ketika manusia itu tidak mau mengubah diri.
Perubahan pada diri seorang manusia sering kali melibatkan sebuah peristiwa/kejadian, baik kejadian yang baik maupun kejadian yang buruk. Bahkan sering kali peristiwa/kejadian yang buruk lebih kuat mendorong seseorang untuk berubah, walaupun kadang perubahan yang terjadi ada yang berdampak positif atau negatif.
Ramadhan adalah bulan perubahan, untuk memperbaharui perpindahan ruh dan jasad sehingga mampu memperbaik kondisi dan perubahan diri setiap orang. Setiap orang harus merebut peluang di bulan Ramadhan ini, sebab jika tidak hilanglah kesempatan seumur hidup, sebab perubahan berarti senantiasa berada pada kebenaran, suatu revolusi (perubahan) atas kepalsuan, penipuan, ucapan sia-sia dan kedustaan.
Rasulullah Saw berpesan: “Tidaklah puasa itu hanya menahan dari makan dan minum, tetapi puasa (menahan diri) dari ucapan sia-sia dan kotor. Jika ada seseorang yang menghardik kamu atau orang jahil menguji kamu katakanlah: “Saya sedang puasa, saya sedang puasa” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan disahihkan oleh Albani).
Pantulan perubahan pada bulan Ramadhan dapat berupa: ketelitian, kesetiakawanan, komitmen dan disiplin terhadap waktu. Lihat saja seluruh umat duduk di hadapan hidangan berbuka saat menunggu waktu berbuka, dan umat seluruhnya menahan dirinya dari makan, minum dan hubungan seks mulai waktu Imsak.
Juga sebagaimana terlihat ketika seluruh umat berada dalam satu shaf saat menunaikan shalat, qiyamul lail dan tarawih; ini tampak jelas jika dilihat dari atas atau jauh tentang pemandangan umat yang berada dalam suatu sistem, ketelitian dan susunan yang rapi. Salah satu perubahan yang paling menakjubkan dalam bulan Ramadhan: waktu berbuka yang tidak boleh dilengahkan dan tidak ditangguhkan walaupun hanya satu menit. “Umatku akan terus dalam kebaikan selagi menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur.” (HR. Ahmad)
Muhammad Badi’ (2023) berpendapat manusia pada dasarnya tidak setia atas kemandekan dan kebekuan, karena dalam dorongan terdalam hatinya menginginkan adanya suatu perubahan. Tentu, manusia yang mau berusaha baik tidak akan mengamini atas semua jenis perubahan.
Ia hanya ingin perubahan yang baik dan lebih baik. Dalam Ramadhan sebulan penuh ini, Allah swt dengan kemahabijaksanaan-Nya mendorong dan mendukung semangat fitrah perubahan manusia itu dengan terapi paket puasa beserta amaliah ibadah Ramadhan lainnya.
Pantulannya dapat berupa misalnya, Pertama, puasa sendiri yang dalam pengertian dasarnya adalah sebagai upaya menahan diri adalah piranti efektif untuk menundukkan ‘musuh’ utama manusia, yaitu berperang melawan ‘diri sendiri’ (Jihad Akbar dan Jihadun Nafs, perang melawan hawa nafsu). Kata Rasulullah saw, jihad ini lebih utama dari jihad perang.
Kedua, ibadah puasa adalah ibadah istimewa perlambang keikhlasan hamba, sehingga dinyatakan Allah Swt sebagai ibadah untuk-Nya, disebabkan kekhususan penisbatannya kepada Allah. Hadis qudsi berbunyi: ”Setiap perbuatan kebaikan memperoleh pahala sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali, kecuali puasa: ia adalah milik (untuk)-Ku, dan Aku-lah yang menentukan besar pahalanya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ketiga, kegiatan yang dilakukan secara bersama adalah elemen penting perubahan itu. Sebab kerap kali, ketika melakukan ibadah sendirian, terasa kurang semarak dan semangat jika dibanding melakukannya secara bersama, berjamaah. Ketika pada Ramadhan ada beberapa kegiatan dan ibadah yang biasa dilaksanakan secara bersama, seperti: salat tarawih berjamaah, tadarus Al-Quran bersama, buka bersama, sahur bersama dalam suasana kekeluargaan.
Keempat, Al-Quran turun pada bulan mulia ini. Ramadhan adalah bulan motivasi beribadah. Dari Ubadah bin Ash-Shamit, Rasulullah bersabda: "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini." (HR. Ath-Thabarani).
Kelima, Ramadhan mengajarkan awal kebiasaan baru dan kedisiplinan selama sebulan penuh. Ramadhan menawarkan hal penting ini lebih daripada hari-hari dalam bulan lainnya.
Perubahan Sosial
Yusuf Suharto (2013) bulan ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan. Bulan Ramadhan menyematkan semangat perubahan sosial bagi kaum Muslim. Pada bulan ini setiap orang diperintahkan menjalankan dua ibadah wajib, yakni puasa dan zakat fitrah. Keduanya adalah kewajiban bagi seorang Muslim.
Zakat fitrah kerap disebut juga sebagai ibadah pamungkas, sebab sebagai Muslim setelah menjalani penempaan selama sebulan mesti membelanjakan harta di jalan Allah. Dengan begitu, zakat fitrah merupakan pamungkas dari berbagai amal ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadhan. Sebab, zakat fitrah merupakan penyempurna dari ibadah puasa wajib selama Ramadhan.
Jadi, bila seorang Muslim yang berkewajiban membayar zakat alias muzakki, tetapi tidak menunaikan kewajibannya berzakat fitrah, puasa dan amal ibadah lainnya pada bulan suci Ramadhan tidak diterima Allah Swt.
Puasa dapat diibaratkan sebagai penempaan spiritual, dan zakat menjadi pamungkas agar dapat menunaikan ibadah sosial kepada orang yang membutuhkan. Dengan begitu, tidak keliru jika institusi zakat dikatakan salah satu instrumen syariat Islam yang memiliki tujuan revolusioner, yakni terciptanya suatu perubahan sosial. Sebab, zakat fitrah menjadi wajah keindahan syariat Islam.
Ahmad Mudzoffar Jufri (2021) mengemukakan beberapa keistimewaan dan keutamaan bulan suci Ramadhan, yakni sebagai momentum sangat istimewa bagi setiap upaya perubahan dan perbaikan di dalam diri dan kehidupan. Perlu motivasi semangat dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan setiap Ramadhan bagi terealisasikannya perubahan besar dalam diri dan kehidupan setiap orang.
Namun begitu, perlu dicatat betapapun istimewa dan utamanya, Ramadhan hanyalah salah satu momentum istimewa bagi setiap upaya perubahan menuju kondisi yang lebih baik dan lebih diridhai Allah, dan bukan satu-satunya.
Masih banyak momentum lainnya. Bahkan setiap saat mestinya menjadi momentum perubahan, selama ada niat, kemauan, tekad dan kesungguhan! Tentu tidak boleh mispersepsi, sehingga menganggap jika seseorang ingin berubah menjadi lebih baik, ia harus menunggu sampai Ramadhan tiba!
Tidak, justru prinsip yang harus diyakini dan pegangi, yakni siapa pun yang ingin dan mau berubah, ia harus melakukannya saat ini juga, dan tidak menunda-nunda lagi, termasuk tidak perlu menunggu datangnya bulan Ramadhan! Karena tidak ada seorang pun yang tahu, apakah ia masih punya kesempatan untuk berjumpa lagi Ramadhan tahun depan atau tidak.
============
Sumber: Waspada, Senin, 8 April 2024, hlm. B3